PRRI dan Kemunduran Masyarakat Minangkabau
>> Selasa, 17 Desember 2013
Dalam suatu diskusi, Bapak pernah menyebutkan bahwa ada periode dimana orang-orang Minang mengganti nama-namanya yang khas dengan nama dari luar. Bagaimana itu terjadi, Pak?
Itu bagian dari penciptaan atau pemikiran identitas baru bagi orang Minang ketika mereka dihadapkan pada sebuah situasi dimana keminangkabauannya, dengan berbagai ciri dan identitas selama ini, dilumat oleh tentara pusat (Jakarta). Mereka dianggap sebagai “orang kalah”. Jadi, setelah kalah, mereka ingin mencari identitas baru untuk lebih survive (bertahan hidup-red). Kalau tidak dicari identitas baru, ya tidak berlangsung kehidupan. Mereka akan tetap dicari oleh tentara pusat, untuk dibunuh.
Bagaimana caranya orang Minang mempertahankan hidup kala itu?
Ya salah satu caranya dengan menjawa-jawakan dirinya. Mencoba mengadopsi apa yang diinginkan oleh pusat. Karena pusat memang ingin mensentralisasikan Indonesia ini, bahkan Minangkabau, sesuai keinginan mereka. Nama-nama itu umumnya lekat pasca-PRRI. Termasuk gaya, (dimana) orang Minang (menjadi) seperti Jawa. Tapi, nama Jawa yang mereka gunakan ada artinya, ada kreasi mereka ciptakan. Contoh, kemarin saya makan nasi Padang di Jakarta. Nama yang berdagang itu Parmanto. Ternyata artinya ‘Parikmalintang’ dan ‘Toboh’. Ayahnya dari Parikmalintang, ibunya dari Toboh. Jadilah Parmanto. Kedua daerah itu dari Piaman (Pariaman). Kedengarannya Jawa, tapi bukan Jawa. Ada Surianto, yang berasal dari ‘Surian’ (nama daerah di kabupaten Pesisir Selatan-red) dan Koto (salah satu suku di Minang-red).
Jadi nama-nama itu juga pengkodean ya, Pak?
Ya. Menariknya, orang Minang kan orang kreatif. Memang mereka mengadopsi nama Jawa, tapi tidak 100 persen nama Jawa. Ada kreasi di dalamnya. Ada penciptaan. Soeharto, Soekarno, kan nama Jawa. Memang namanya mirip seperti itu, tapi ada kreasi di dalamnya. Contohnya yang saya bilang tadi.
Lantas, jika mengambil contoh, bagaimana dengan nama Gubernur Sumatera Barat sekarang, Irwan Prayitno?
Itu yang tidak kreatif mungkin. Coba lihat, beliau lahirnya dimana? Apa betul ia lahir di Minang. Jika iya dari Minang, mungkin saja orang tuanya mengadopsi nama Jawa bulat-bulat. Sama dengan teman saya, Edi Suharto. Dia orang Lubuk Sikapiang tulen, tapi namanya nama Jawa, Dan sampai sekarang nama Jawa itu turun temurun ke anaknnya.
Apakah strategi nama itu untuk menutupi kekalahan mereka?
Itu memang strategi untuk tetap bertahan. Kalau mereka tetap mempertahankan identitas lamanya yang khas Minang, seperti mereka yang bernama Burhanuddin, Syarifudin, Baharuddin, Syamsul Bahri… Dari nama itu nampak sekali Minang yang kalah tadi. Nah, kalau mereka masuk sekolah-sekolah yang dikuasai pusat, susah dan sangat diseleksi.
Itu umumnya terjadi kapan, Pak?
Ya setelah PRRI langsung terjadi. Tahun 1958. Terutama dimasa-masa saya lahir tahun 1960 ke atas, dan seterusnya. Sejak itu nama orang Minang aneh-aneh.
Nama bapak sendiri Gusti Asnan. Apa itu juga korban dari kekalahan PRRI?
Iya. Mana pula ada nama orang Minang itu ‘Gusti’. Kata orang tua saya, nama ‘Gusti’ itu singkatan dari ‘Gus’ (yang artinya) lahir dibulan ‘Agustus’, ‘ti’ (dari) bidan tempat saya lahir (yang) namanya ‘Eti’. Sedangkan ‘Asnan’ itu dari nama ibu saya, Asyiah jadi ‘As’, dan bapak saya ‘Syahminan’ jadi ‘nan’. Digabung jadi ‘Gusti Asnan’. Jelas tidak ada hubungannya dengan Gusti yang di Bali atau Kalimantan.
Berarti kalau tidak mengubah nama, artinya tidak diterima di pusat?
Oh, bukan. Tapi itu memang bagian dari kecerdikan mereka untuk punya akses ke pusat, dan hidup di dunia baru.
Kenapa begitu?
Perlu diketahui, pasca-PRRI tadi, Minangkabau ini betul-betul dikuasai oleh Jawa. Tidak ada yang tidak dikuasai oleh Jawa sekitar tahun 1958 itu. Coba baca buku saya “Memikir Ulang Regionalisme di Sumatera Barat tahun 1950”. Hanya tentara dan Jawa yang berkuasa di Minang ini. Tidak ada celah untuk mengeksiskan Minangkabau itu kembali.
Jadi karakter nama saat itu seperti apa?
Nama itu dibikin aneh-aneh. Disingkat-singkat. Dan itu punya arti. Nama itu dibuat oleh orang tuanya. Pada masa itu nama-nama seperti itu yang disukai dan bisa diterima. Sehingga kesan kita (Minangkabau) sebagai orang-orang PRRI itu berkurang. Agar terputus juga dengan masa lampau.
Efeknya seteleh ganti nama itu?
Lahirnya orang-orang baru dengan spirit baru. Terutama bagi orang-orang tua, yang saya lihat untuk menghilangkan kesan agar mereka tidak begitu Minang lagi. Memperbarui diri, tapi tidak memutuskan.
Apakah pergantian nama ini juga memiliki pengaruh terhadap kemunculan tokoh-tokoh baru dari alim ulama, cerdik pandai, di Minangkabau?
Saya pikir tidak jadi masalah. Contoh saja ada nama alim ulama Buya Boy Lestari Datuak Palindih. Itu kan tidak nama buya sekali. Ada lagi Jhon Kennedy Datuak Tumangguang. Kenapa seperti itu, karena pada masa itu, ada strategi untuk bertahan dan menyesuaikan dengan kondisi yang baru.
Untuk saat ini, efek nama Jawa itu apa masih melekat untuk generasi muda Minang?
Relatif. Nama-nama sekarang lebih berkesan Islami, seperti Arif, Habibi, Nuralifah. Balik lagi ke identitas baru, karena kita pada sibuk dengan ABS-SBK (Adat Basadi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) lagi. Nama-nama kejawaan tidak muncul lagi.
Apakah pergantian nama tadi disadari oleh generasi muda Minang itu sendiri?
Disadari baru akhir tahun 1980-an. Perubahan nama itu tadi jelas, disadari di bawah alam sadar mereka. Hanya strategi survival yang saya lihat. Jadi tidak ada gerakan yang disengaja untuk mengganti nama itu, cuma spontan saja. Baru tahun 80-an akhir ada ulasan-ulasan kajian seperti ini ditulis.
Jadi nama Minangkabau itu karakter aslinya seperti apa pak?
Minang adalah perubahan. Ada di ensiklopedia Nederlandsch-Indie dituliskan nama Minang yang sebenar itu adalah dari nama-nama alam dan benda yang ada di dalamnya, seperti Pauh, Manggih, Karuntuang. Itu yang pernah saya lacak. Setelah itu baru masuk nama-nama kehindu-hinduan, kebudha-budhaan, terus baru nama-nama keislaman. Setelah itu baru muncul nama-nama kejawa-jawaan dan singkatan atau pengkodean, dan baru dua dekade terakhir muncul kembali nama-nama Islam. Nama-nama Islam yang indah-indah itu seperti Rahman Hakim, Muhammad Amir, Amizan.
Bagaimana dengan bahasanya, Pak? Apa juga menjadi bahasa Jawa?
Lewat bahasa tidak begitu massif. Saat itu juga orang Minang mengalami eksodus besar-besaran. Mereka meninggalkan Minang untuk merantau. Jadi (tindakan) merantau itu paling banyak pasca-PRRI tadi.
Saat itu bagaimana kehidupan orang Minang sendiri?
Bayangkan saja suasana di kampung-kampung. Lewat di pos militer saja orang Minang sangat kuncun (takut sekali-red). Untuk mengatasi itu, ya seperti tadi, mengganti nama. Karena memang pada masa itu daerah Minangkabau dibanjiri oleh orang-orang Jawa.
Suasana kota kala itu bagaimana Pak?
Saat itu orang-orang yang ada di kampung lari ke kota. Penumpasan PRRI itu dipusatkan di kampung-kampung bukan di kota. Kota sangat mudah ditaklukkan kala itu. Yang paling lama bertahan adalah daerah Pasaman. Itu daerah yang paling lama untuk ditaklukkan. Pasca-PRRI itu, PKI (Partai Komunis Indonesia-red) sangat kuat sekali di Minangkabau, terutama di daerah-daerah. Sebab orang sudah banyak lari ke kota.
Berapa banyak yang eksodus keluar Sumatera Barat?
Sampai ratusan ribu orang. Dan ini pertama sepanjang sejarah Minangkabau. Di tahun 1973 dan 1974, penduduk Minangkabau di Jakarta sama jumlahnya dengan penduduk Kota Padang. Secara persentase, orang Minang paling banyak di Jakarta saat itu. Dalam buku Mochtar Naim, ada diceritakan jumlah masyarakat yang eksodus itu.
Tadi dikatakan PKI sangat berkuasa sekali di daerah-daerah pasca-PRRI. Apakah itu berpengaruh terhadap agama masyarakat Minang yang dikenal sangat kuat Islamnya?
Masalah pindah agama saya tidak menemukan. Tapi saat itu mulai masuk orang Kristen ke Minangkabau. Mereka masuk lewat program transmigrasi dari Jawa. Terjadi sekitar tahun 1950-an di Pasaman, walaupun sudah diajukan syarat oleh cerdik pandai Minang kalau yang mau bertransmigrasi ke Minang harus orang Islam. Tapi mana mungkin orang bisa mendata mereka Islam atau Kristen. Dua atau tiga orang pasti ada orang Kristen di situ.
Bagaimana reaksi orang Minang Pak?
Tidak bisa berbuat apa-apa, karena sudah kalah. Yang berkuasa adalah PKI dan Jawa tadi. Bagi mereka tidak masalah. Jadi kalau orang Minang masuk Kristen tidak banyak, tapi kalau orang Minang jadi Komunis sangat banyak sekali waktu itu. Bahkan tokoh-tokoh besar komunis itu dari Minang.
Tahun 1973-1974 terjadi eksodus besar-besaran penduduk Minang ke Jakarta. Nah dengan banyaknya eksodus kala itu, apakah berpengaruh sampai hari ini dengan kondisi Sumatera Barat yang jauh “tertinggal” dengan tetangga, seperti Riau atau Jambi?
Memang sangat berpengaruh sekali dengan sumber daya manusia kita. Peristiwa PRRI menghabisi orang-orang Minang yang hebat-hebat, baik alim ulama maupun cerdik-pandainya. Mereka memang ditumpas supaya tidak muncul ke panggung sejarah. Peristiwa itu dimulai tahun 1950-an tadi. Mereka-mereka itu, sebut saja, Muhammad Sjafei, Natsir, M.Rasyid, Datuak Palimo Kayo, dan masih ada puluhan atau ratusanlah.
Dengan kondisi sekarang, dimana ada orang Minang yang jadi menteri di kabinet, itu berpengaruh tidak dalam mendukung kemajuan Sumatera Barat?
Persentasinya lebih sedikit jika dibandingkan awal-awal merdeka dulu. Lihat awal kemerdekaan, (dari) enam tokoh nasional, empatnya dari Minang. Dari empat tokoh pembentuk negeri, tiga dari Minang, hanya satu dari Jawa; Soekarno. (Dari) Minang (adalah) Hatta, Syahrir, Tan Malaka.
Jadi menurut Bapak, kapan Minangkabau itu berjaya?
Sampai PRRI, Minangkabau itu jaya. Bahkan ada peneliti, Hanna Awlad dari Cornell University, tahun 1957, yang menulis bahwa orang Minang itu orang yang paling intelektual di Indonesia. The most intellectual people in the Indonesian. Sekarang jika dibandingkan dengan daerah lain, kita mundur.
Sumber ke-2 : Artikel yang di tulis oleh Hanvitra di R@ntau-Net |
Hanvitra, jurnalis
Pendahuluan
Sebelumnya, maafkan, saya hendak memanggil daerah yang kita panggil sebagai Sumatra Barat dengan nama Minangkabau. Kenapa saya panggil demikian ? Karena istilah Sumatra Barat sebenarnya daerah administratif (propinsi) yang digunakan oleh pemerintah Orde Baru untuk membagi daerah-daerah sesuai dengan nama etnis yang mendiaminya. Pemerintah Hindia Belanda dan pemerintah Orde Lama menamakan daerah yang kita sebut Sumatra Barat sekarang dengan nama propinsi Sumatra Timur yang beribukota di Padang. Daerah Sumatra Timur jauh lebih luas daripada Sumatra Barat, yang meliputi Riau dan Sumatra Barat sekarang. Riau termasuk bagian dari Sumatra Tmur.
Lalu kenapa pemerintah Orde Baru (Suharto) menetapkan propinsi Sumatra Barat seperti sekarang ini ? Ini berkaitan dengan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Pada tahun 1958-1962. Sejumlah panglima divisi Banteng dan staf-stafnya yang meliputi Kolonel Ahmad Husein, Kolonel Tapanuli, Kolonel Simbolon, bersama sejumlah politisi seperti M. Natsir, Sumitro Djayahadikusumo, M. Hatta, dan membentuk Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang berkedudukan di Bukittinggi. Maksud dari PRRI ini adalah untuk memperingatkan Yang Mulia Presiden Soekarno yang sudah bertindak sewenang-wenang. Kecemburuan pusat-daerah turut pula memperkeruh suasana. Kondisi pada tahun 1950-an mirip dengan kondisi sekarang. Soekarno membangun Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan membangun proyek-proyek mercu suar seperti Monumen Nasional (Monas), Masjid Istiqlal, dan Stadion Gelora Senayan dan sejumlah patung. Sementara daerah dibiarkan miskin dan melarat.
Soekarno mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup. Hal ini tidak disukai oleh panglima-panglima militer yang ada di daerah. Apalagi Soekarno menggunakan sentimen etnis dan ideologi. Soekarno terlalu dekat dengan PKI yang tidak disukai oleh kelompok Islam dan nasionalis. Panglima-panglima militer di daerah mulai mengadakan gerakan. Sejumlah politisi di Jakarta juga sudah mulai bergerak. Wakil presiden Muhammad Hatta, tokoh politisi dari Partai Sosialis Indonesia (PSI), Sumitro Djojohadikusumo, dan tokoh Masyumi Muhammad Natsir turut dalam rapat-rapat rahasia bersama tokoh PRRI dan tokoh Persatuan Rakyat Semesta (Permesta), Vence Sumual.
Soekarno tak suka ekonomi. Ia lebih suka membangun ideologi revolusioner. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi pada masa itu mandek. Indonesia memang kekuatan militer terbesar di Asia Tenggara dan Asia (setelah Cina). AS tak suka pada Soekarno.
Soekarno menganggap PRRI/Permesta sebagai kenakalan anak-anak. Soekarno memang menganggap dirinya sebagai Bapak sedangkan para politisi dan perwira militer sebagai anak-anaknya. Soekarno adalah orang yang pandai bermain peran. Ia pandai menempatkan diri. Ketika menghadapi kelompok Islam ia pandai bermain peran sebagai muslim yang baik.
Upaya Diplomasi
Pada awalnya Soekarno tidak ingin menghadapi PRRI dengan kekerasan. Soekarno mengutus Hasjim Ning, pengusaha, saudara Bung Hatta, untuk menghadap Kolonel Ahmad Husein di Padang. Kolonel Ahmad Husein mengajukan sejumlah tuntutan antara lain: retool kabinet, bung Hatta didudukkan kembali Wakil Presiden, dan keadilan pusat-daerah. Semua tuntutan ini ditolak oleh Soekarno. Ia menganggap Ahmad Husein sebagai Anak Bandel dan harus segera diberi pelajaran. Kolonel Ahmad Husein adalah bukan orang sembarangan. Ia adalah panglima Divisi Banteng/Sumatra Timur yang berjasa mengusir tentara NICA dari Sumatra Timur. Dan tentara Divisi Banteng dikenal tangguh dalam berperang. Mereka berpengalaman menghadapi Belanda. Oleh karena itu Soekarno tidak boleh main-main. Ia harus menyiapkan tentara terbaik untuk menyerbu Padang.
Presiden Soekarno mengutus Jenderal Ahmad Yani untuk menyiapkan operasi tempur yang diberi nama Operasi 17 Agustus. Jenderal Ahmad Yani menyiapkan sejumlah batalyon terutama dari Kodam IV Diponegoro dan Kodam II Siliwangi. Letjen Soeharto ditetapkan sebagai pelaksana lapangan. Serbuan pertama dilaksanakan dengan operasi pendarat Amphibi di pantai Padang. Sekitar lima jam, kapal-kapal ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) dengan menghujani pantai Padang yang dipertahankan mati-matian oleh pasukan PRRI. Jelas kekuatan ALRI bukanlah tandingan pasukan PRRI. Kekuatan ALRI adalah yang terkuat di Asia.
Selanjutnya diteruskan dengan operasi pendaratan pasukan Amphibi di pantai Padang berikut tank-tank dan artileri. Lalu dilanjutkan oleh penerjunan pasukan parasut (paratrooper) di kota Padang dan Bukittingi. Serbuah ini menimbulkan banyak korban jiwa baik tentara Jawa maupun tentara PRRI. Pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) membomi titik-titik penting pasukan PRRI. Pasukan Jawa akhirnya berhasil menguasai Padang. Serbuan ofensif lalu diteruskan hingga ke lembah Anai. Serbuan ini ditahan oleh pasukan PRRI dalam suatu pertempuran yang paling berdarah dalam sejarah PRRI.
Pasukan PRRI mundur ke hutan-hutan. Pasukan Soekarno mengadakan gerilya di daerah perkampungan dan perkotaan. Dalam proses itu, ratusan dan ribuan orang diciduk. Sebagian mati dalam tahanan.
Pasukan KODAM Siliwangi dikenal berperilaku lebih baik daripada pasukan dari KODAM Diponegoro. Selain berasal dari etnis Sunda, pasukan KODAM Siliwangi berperilaku lebih halus dan agamis. Sedangkan pasukan KODAM IV Diponegoro berperilaku kasar. Mereka menganggap diri sebagai pemenang perang dan mengulangi kisah sukses ekspedisi Pamalayu untuk menaklukkan Sumatra.
Atas bujuk rayu sejumlah tokoh, kolonel Ahmad Husein menyerahkan diri kepada Gubernur Bagindo Aziz Chan dan Letjen Supeno di sebuah lapangan di Solok. Ahmad Husein menyerah bukan karena kalah tapi demi keutuhan republik. Pasukan PRRI masih banyak tersebar di hutan-hutan. Ahmad Husein ditangkap dan dibawa menghadap Presiden Soekarno. Gimana masih mau melawan Bapak? tanya Soekarno secara retoris.
Total dalam perang ini ada 30.000 korban tewas di kalangan masyarakat Minang. Kebanyakan sukarelawan PRRI. Hal ini belum lagi dilanjutkan dengan korban penyiksaan tahanan-tahanan PRRI oleh tentara Soekarno. Laporan ini tidak akan pernah diketahui publik. Hanya sedikit sarjana yang mengetahui dengan pasti kejadian ini antara lain Geoger Mc. Turnan Kahin, ilmuwan politik dari AS dan Nazaruddin Sjamsuddin yang menulis disertasi mengenai PRRI di Australian National University (ANU).
Dampak PRRI bagi etnik Minangkabau.
PRRI adalah sebuah titik balik bagi etnik Minangkabau. Semenjak itu, etnik Minangkabau mengalami kemunduran total dalam berbagai bidang. Dalam pentas politik, kita tidak mendengar lagi etnis Minang. Padahal etnis Minangkabau punya saham yang besar dalam kemerdekaan Indonesia. Tan Malaka, M. Hatta, Sutan Syahrir, Abdul Rivai, Bahder Djohan, Abdul Muis, Rasuna Said, Rahmah El-Yunusiah, Idrus, dan Marah Rusli.
Tapi tokoh-tokoh ini tak pernah ada dalam buku-buku sejarah terbitan Orde Baru.
Seluruh buku-buku sejarah yang ada di SD, SMP, dan SMU sudah direkayasa sedemikian rupa sehingga meminggirkan peranan tokoh-tokoh etnik Minangkabau dalam sejarah. Justru peranan Soeharto dan TNI-AD yang begitu ditonjolkan. Selama ini kita dibohongi dan ditipu oleh pemerintah pusat.
Etnis Minangkabau mengalami krisis identitas yang parah. Kemiskinan dan kebodohan meraja rela. Sebagian etnis Minangkabau memang sukses di rantau namun sebagian lagi terlunta-lunta di rantau.
Generasi muda Minangkabau tidak lagi mengenal dan memahami budaya asli negerinya. Adat kembali ditinggalkan. Padahal budaya Minangkabau mempunyai nilai-nilai yang unik yang tak ada duanya dengan budaya-budaya lain yang ada di republik Indonesia.
Dari segi pembangunan, kondisi Sumatra Barat jauh tertinggal dibanding propinsi-propinsi lain di pulau Jawa. Nagari-nagari di Sumatra Barat mengalami krisis yang luar biasa baik secara ekonomi dan sumber daya manusia. Kalau dibiarkan begini terus maka di kemudian hari Minangkabau cuma cerita yang indah buat anak cucu.
Sumatra Barat mengalami brain drain alias pemiskinan intelektual yang luar biasa. Sumber daya manusia dari etnik Minangkabau yang terbaik semuanya ada di Pulau Jawa. Yang tertinggal di kampung hanya lapis 2 dan lapis 3. Bahkan sebagian lapis 2 dan 3 sudah hijrah.
Pembangunan di Sumatra Barat mandek. Perekonomian digerakkan oleh sektor konsumsi ketimbang produksi. Dengan jumlah sekolah yang banyak rusak. Sudah sepatutnya kita memikirkan akan jadi Sumatra Barat esok hari.
Kenapa saya menulis ini ?
Artikel ini adalah hasil pemikiran dan renungan saya terhadap berbagai kondisi di Sumatra Barat. Saya dan teman-teman di Ikatan Mahasiswa Minang (IMAMI) UI dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah sering berdiskusi mengenai hal-hal seperti ini. Hanya saja hasil diskusi kami bersifat terbatas.
Saya menulis ini karena kegelisahan saya melihat kondisi kampung halaman yang semakin lama semakin tertinggal. Saya sempat bertemu dengan seorang guru sekolah di kelurahan Angkat Candung dan kami berdiskusi mengenai sekolah-sekolah di Koto Tuo IV Koto. Dia bilang sekolah-sekolah di Koto Tuo IV Kota termasuk yang paling rendah mutunya di seluruh kabupaten Agam. Padahal masyarakatnya di perantauan dikenal kaya-kaya.
Sebagai urang awak yang lahir dan besar di perantauan, saya ingin berbuat sesuatu untuk kampung halaman saya. Walaupun saya belum punya uang, setidak bisa memberikan ilmu dan pemikiran untuk kampung halaman.
Hanvitra, S.IP <<sarjana ilmu politik>>
Log Activty Padang - Jakarta- Padang ( 9 Desember - 10 Desember 2013)
>> Rabu, 11 Desember 2013
9 Desember
- Nyampe Bandara Jam 11.00
- Check In Bagasi (Boarding Pass )
- Bayar Pajak Bandara 70.000 ( berdua sma papa)
- Take Off Jam 13.00
- Landing Jam 15.00
- Di Jemput Mang pidin
- Nyampe Rumah Ni Nang Jam 18.00
10 Desember
-Rumah Sakit Budi Asih ,Jl. Dewi Sartika No. 180, Cawang, Kramat Jati, Jatim
-Terminal Rawamangun Jalan Perserikatan No. 1 (Jalan Paus) Pulo Gadung Jakarta Timur
-Naik Metromini 46 depan Jakarta Golf Club (Nyebrang dlu klo dari rumah ni Nang)
- Turun di Terminal Kampung Melayu (Tarif 3.000)
-Naik Mikrolet M16 atau M06 ke Ace Hardware & Rumah Sakit Budhi Asih (tarif 2000)
-Turun di Ace Hardware & Beli Shaver Elektrik Philips Aquatouch AT790 di Ace Hardware Rp. 700.000 (Debit)
- Lanjut ke RS Budhi Asih jalan kaki (deket kok), Kantor Ni Rina di Lantai 2, sebelah kiri & paling Ujung
-Abis dari RS budhi Asih ke terminal kampung melayu naik mikrolet M16/M06 tdi.
-Naik bus way di Terminal Kampung Melayu. Pesen tiket ke Rawamangun, Ntar Transit di Matraman. (Tarif 3500)
-Keluar dari Busway naik mikrolet M02 ke terminal Rawamangun
(karena pesawat departure nya jam 6.00 , dan waktu nyampe di Terminal Rawamangun baru jam 11.45, saya ke Avion mall dulu ngisi perut)
- Dari Avion Mall naik M02 ke Terminal Rawamangun
-Nyampe di terminal Rawamangun naik DAMRI ke Bandara Soekarno Hatta (tarif Rp30.000,-)
-Nyampe di Bandara beli Dunkin Donat (per donat 10.500)
1 Kotak besar harganya 1.30.000 yang Kotak Kecil 113.000. (Mending beli yang besar.)
-Check In Bagasi / Boarding Pass Jam 17.30
- Bayar Pajak 40.000
- Nunggu di Waiting room & Take Off 18.00
- Landing di Bandara Internasional Minangkabau Padang 19.30
- Di Jemput Si Boy jam 20.00,
- Pergi ke Kos Mega ngasih oleh2, trus langsung ke kosanya boy
-Tidur
-Di jemput Ni Rina istri Damul Jam 4.45
-Nyampe Bukittinggi & rumah Jam 8.00
Read more...
TOP 8 DESTINATIONS FOR MUSLIM TOURISTS
>> Sabtu, 07 Desember 2013
Source: http://thehalalchoice.com/h/index.php/8-main/23-top-8-destinations-for-muslim-tourists
This Asian country with 60% Muslims attracts most of the Muslim tourists worldwide and has been frontrunner with regards to anything halal. 'Unity in Diversity' is the national motto of this fantastic melting pot of Malay, Indian and Chinese cultures as well as a mixture of Islamic, Hindu, Buddhist and Animist traditions. The country can be divided into two: Peninsular Malaysia with its amazing cities, forested highlands and fringing islands, and East Malaysia, the north of the island of Borneo with its dense rainforests, orangutans and animist tribes.
This country has made a dramatic turn with regards to Islam and Muslims. Its founder Ataturk tried to exclude Islam out of public life and push Islam to become a private issue at home. However, Turkey has managed to become a major exporter of halal products with an interest in halal tourism and Islamic fashion. It has become an inviting country of great diversity, with quiet villages and busy cities. A country full of history where tradition coexists with modernity, where mobile phones ring in bazaars scented with saffron and traditional Turkish hospitality.
Seven emirates make this country a giant with regards to tourism and not only Islamic tourism. Whereas Dubai and Abu Dhabi are the main regions to attract most of the tourists Sharjah is following closely and even Ras Al Khaimah and Ajman are massively participating on the halal market. The country is the greatest show on earth with an astonishing blend of Arabian tradition and super modern skyscrapers. Fabulous oil wealth and an undescribable business mentality have made out of an impoverished Bedouin backwater of the world's most exciting cities with old-style souqs, wind towers, heritage villages, modern skyline, long corniches and fine beaches. Enjoy shopping in the biggest malls of this world, wadi-bashing (four-wheel-driving around oases) and a cultural mix of Arab and millions of Expats from the West and Asia.
Despite it not being a Muslim country this city-state is surrounded by a Muslim giant, Malaysia. This has automatically influenced Singapore's interest in Islamic tourism and halal offers. Visit quirky ethnic neighbourhoods and world-class museums, historic places of worship and fabulous markets. Its ethnic mix of people gave this little city-state 4 official languages: Chinese, Malay, Tamil, English. It's perfect for a family holiday with lots to do for the kids and the parents.
After the breakup of the Soviet Union, Russia had to open to the world and to its massive Muslim population and Muslim neighbours. It has seen the potential of halal tourism and attracts many Russian-speaking Muslims and tries to promote halal products with an annual fair in Moscow. This massive country stretches across 11 time zones from the Baltic to the Bering Sea. Russia is home to the world's largest forest (the taiga) and its deepest lake (Lake Baikal), stunning tsarist palaces, Stalinist skyscrapers, contrasting Orthodox Churches next to Mosques and a big Muslim minority in the South but also in the capital Moscow.
As one of the next superpowers China has realised that the Muslims are good for business and offers Islamic heritage tours to its Muslim provinces and to its major cities. Although it is not a Muslim country, China has a lot of Islamic history and a Muslim minority of 60 to 100 million people. Home to one in six human beings on the planet, the new leader is not Chairman Mao but the yuan, and consumerism is the new religion; this massive country with an incredibly rich past and history has so much to offer that it would satisfy the needs of any traveller Muslim and Non-Muslim alike.
This is the only Western European country which can be found in the top 8 and has been attracting Muslim tourists mainly to Paris. Despite its Islamophobic policy it has been trying to become a centre for Islamic Banking. There are about 10% Muslims in France and a massive percentage of French reverts who are the main push for their country to open to the Muslims. Don't forget that this country offers Mediterranean culture and cuisine as well as Western European lifestyle. It is home to the biggest African diaspora in the world with areas that rather resemble Africa than Europe. Take a walk through Paris' Latin Quarter and the famous Champs-Elysees, enjoy the French Alps, visit the great chateau in Versailles and feel at home in Marseille!
This Asian country has been receiving a big number of mainly Muslim Gulf Arabs and has started offering specific halal services to them. It has a smaller Muslim population especially in the south and will have to adjust its policy towards this minority in the future. For a traveller this country offers pretty much everything: great beaches, dense jungles, ruined cities at Sukhotai and Ayuthaya, pristine rainforests, exotic islands, golden monasteries, captivating coral reefs, relaxed locals, energetic cities, atmospheric tribal villages, floating markets, elephant rides, colour-coded curries, steamy tropical weather, mouth-watering cuisine with halal choice, luxury hotels and low cost accommodation.Thailand is hungrily eyeing the Muslim travel boom. Its tourism authority which has an office in Dubai is promoting halal spas for Muslim tourists, who require strict privacy for male and female clients.
It also organised a month-long festival of Thai cuisine in the UAE from June 8 to July 7 2012. Crescentrating's study ranked Bangkok's Suvarnabhumi Airport the most Islam-friendly airport in a non-Muslim country.
Kyoto Luncurkan Laman Khusus Wisatawan Muslim
>> Rabu, 04 Desember 2013
REPUBLIKA.CO.ID, KYOTO -- Jepang tak main-main guna menarik wisatawan Muslim asal Asia Tenggara. Untuk mendukung hal tersebut, Jepang akan mempromokan tentang makanan halal dan ketersedian tempat beribadah.
Seperti dilansir muslimvillage, Selasa (3/12), guna menunjang progam tersebut, pemerintah Kyoto melalui Kyoto Convention Bureau akan membuat sebuah website Muslim Friendly Kyoto. Laman tersebut menjadi situs pertama yang bermuatan info mengenai hal-hal yang berkaitan dengan wisata muslim.
Di laman itu, tersedia informasi seperti lokasi restoran halal dan akomodasi menuju tempat beribadah dan akan hadir dalam empat bahasa yang biasa diucapkan oleh umat Islam Asia. Laman itu juga memberikan tips dan info bagi wisatawan muslim yang berkunjung kesana.
"Meskipun kuil mendapat pengakuan tinggi dari nama Kyoto, itu belum tentu bagi wisatawan muslim. Apa yang bisa mereka harapkan dan nikmati di sini maka itu kita juga meberi info mengenai hal-hal lain yang bisa didaptakan dengan mengunjungi kuil" kata Maiko Sakurai, penanggung jawab Kyoto Convention Bureau.
"Kursus makan malam Kyoto-style ' kaiseki ' misalnya, pada dasarnya kursus ini begitu fleksibel dan bisa disesuaikan dengan selera beragam tamu," tambah Sakurai.
Seiring dengan akan hadirnya situs web multibahasa, kantor promosi pariwisata Kyoto mulai mengadakan serangkaian kuliah pada bulan Juli untuk meningkatkan kemampuan bisnis lokal untuk melayani tamu Muslim.
Selain itu, sejak Maret setidaknya 20 pemerintah daerah di Jepang, termasuk sembilan pemerintah prefektur , telah menyelenggarakan seminar mengenai gaya hidup Muslim dan berhasil menarik lebih dari 1.300 orang.
Angka tersebut membuat Japan Tourism Agency mengambil inisiatif dengan menjalankan kampanye promosi untuk meningkatkan target dua kali lipat kunjungan wisatawan dari Asia Tenggara dari target pemerintah yang mencapai satu juta wisatawan.
Persyaratan relaxed visa untuk Malaysia dan Indonesia sejak Juli juga telah membantu untuk meningkatkan arus masuk wisatawan Muslim ke Jepang .
Selain Kyoto, Hokaido juga telah melirik wisata bagi umat muslim dengan mengahadirkan Hokkaido Tourism Organization. Dimana organisasi ini telah menyusun 20 halaman Muslim Accommodating Guide sejak Sepetember silam. Selain itu Gubernur Toyama, Takakazu Ishii telah mengunjungi Indonesia pada bulan Oktober lalu untuk mempromosikan pariwisata muslim untuk pertama kalinya .
Akhir bulan ini, Fukushima Prefecture juga akan turut berbenah untuk menyediakan wisata muslim dengan mengadakan seminar bertajuk 'Muslim manners for local businesses' dengan harapan wisata muslim bisa mendukung industri pariwisata setempat .
"Pemulihan yang lambat dalam jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke prefektur adalah salah satu perhatian utama menyusul insiden 2011 , " kata Ryo Hosokawa , penanggung jawab promosi pariwisata internasional di pemerintah prefektur .
Fukushima menarik hingga 100.000 wisatawan asing per tahun , sebagian besar dari Korea Selatan , Taiwan dan China , sebelum gempa dan tsunami Maret 2011 yang melumpuhkan pembangkit listrik tenaga nuklir No. 1 Fukushima .
Menurut data pemerintah prefektur, jumlah wisatawan asing ke Fukushima jatuh pada tahun 2011 akibat krisis nuklir dan tetap rendah dengan 37.000 pengunjung pada tahun 2012.
"Wisata muslim dinilai sebagai hsebuah arapan dan potensi besar, tamu dari Asia Tenggara perlu menjadi perhatian," pungkas Hosokawa
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/12/03/mx6lrt-kyoto-luncurkan-laman-khusus-wisatawan-muslim
Paradise is at the feet of mothers
>> Selasa, 03 Desember 2013
Mothers are provided a very high status in Islam. It is common to hear Muslims quoting Prophet Muhammad (peace and blessings be upon him) when he said, “Paradise is at the feet of mothers.” Once a man approached Prophet Muhammad (PBUH) and asked, “O, Messenger, who among mankind is worthy of my kindness and love?” The Prophet answered, “Your mother.” Then the man asked, “Who next?” And again the Prophet said, “Your mother.” The man asked once more “Who next?” And the Prophet replied “your mother.” Only after the third time, Prophet Muhammad said, “your father.”
Mothers are automatically entitled to child support according to Islamic law if they are to divorce their husband. Read more...
The Actually Tourism Potential Are Human
Manusia Menjadi Potensi Pariwisata Yang Sebenarnya. Kekayaan
alam saja tidak akan bisa dinikmati bila sumber daya manusianya tidak
mengelolanya secara baik. Hal ini tergambarkan dengan baik pada kondisi
pariwisata Indonesia saat ini, dibandingkan negara lain seperti Malaysia, Singapura
& Thailand Pendapatan indonesia di bidang pariwisata masih kalah jauh. Walaupun Indonesia memiliki destinistasi wisata yang lebih baik. Ini menandakan
SDM Pariwisata di negara tetangga masih lebih baik dari pada SDM pariwisata di
Indonesia. SDM indonesia hanya belajar bagaimana mengelola daerah wisata yang
potensial, sedangkan negara lain bagaimana membuat daerah wisata itu sendiri
, menjadikan daerah yang sama sekali tidak berpotensi menjadi daerah tujuan wisata,
menjadi daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Layaknya masakan, kita
sudah punya bumbu yang lengkap, kita tinggal mengolah menjadi masakan yang enak
setelah diolah namun teryata masakan itu tidak di sukai semua orang. Sedangkan di negara tetangga
mereka menciptakan, membuat masakan baru dengan bahan yang seadanya dan
hasilnya disukai banyak orang. That is creativity.
30 November 2013 lalu kemeparekraf meluncurkan pariwisata syariah. Kok Baru Sekarang ??? Ya kan orang indonesia falsafahnya , Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kini indonesia ketinggalan (lagi) dari Malaysia bahkan thailand dalam menggaet wisatawan muslim. Thailand yang notabene bukan negara dengan mayoritas muslim malah lebih ramah bagi wisatawan muslim ketimbang Indonesia. Malaysia sendiri sudah membuat konsep wisata syariah pada tahun 2006. Sekarang Malaysia menjadi tujuan favorit wisatawan muslim setelah Arab Saudi dan Turki. 7 tahun yang di butuhkan indonesia untuk menyadari potensi wisata syariah dibanding negara lain. Yah gak papa Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.. :)
Wamen Parekraf Yakin Unipdu Mampu Menjadi Pusat Pendidikan Pariwisata Syariah Indonesia
Nulis Tulis
>> Senin, 02 Desember 2013
Menuangkan isi pikiran ke dalam tulisan bukan hal yang mudah. It's hard to put into word. Kmu harus Merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar. Dan itu terasa banget buat gua sekarang, dalam hal pengerjaan skripsi. Walau gw masih semester 7 tapi gw dh da judul dan bahan buat skripsi gw ntar. Nah, Apalagi kalimat pada skripsi harus sesuai dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan. Kan gak mungkin loe bikin skripsi pake bahasa alay..
Bisa - Bisa loe dikeluarin dari kampus, n jadi penulis puisi : | , laaaah !!!
Makanya gua sekarang lagi aktif menulis, nulis blog supaya terbiasa, klo dh biasa ntar jadi ahli kan... Siapa tau gw ntar jadi penulis, buku gw banyak yang beli, nama gua masuk Wikipedia hahaha Tujuan Hidup :D.
Read more...
Mengenal Wisata Syariah (Halal Tourism)
Read more...